Prototipe Vaksin Rekombinan ASF Siap Diproduksi
Surabaya_Sejak merebaknya kasus Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) pada akhir tahun 2019 di Sumatera Utara, Kementan telah melakukan langkah-langkah strategis pencegahan dan pengendalian. Salah satu langkah jangka panjang adalah pengembangan vaksin ASF.
"Saat ini belum ada vaksin ASF yang efektif tersedia untuk pencegahan penyakit ini, sehingga saya minta 12 Pakar Kesehatan Hewan Indonesia dari Unud, Unair, IPB, Unibraw, dan UGM serta unit teknis di Kementan untuk segera mengembangkan vaksin ASF ini," ungkap I Ketut Diarmita, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan.
Menurutnya, virus penyebab ASF ini sangat bandel, karena bisa tahan lama di produk dan lingkungan. Pelaksanaan strategi pengendalian dengan pengawasan lalu lintas, desinfeksi, disposal dan biosekuriti saat ini masih belum cukup membendung penyebaran penyakit.
"Pengembangan vaksin ASF ini diharapkan akan memberikan solusi ke depan untuk pencegahan penyakit," ucap Ketut.
Sementara itu, Agung Suganda, Kepala Pusat Veteriner Farma (Pusvetma), unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Ditjen PKH menyatakan kesiapannya untuk mengawal dan memfasilitasi pengembangan vaksin tersebut. Hal itu disampaikan pada saat membuka Rapat Koordinasi Tim Pakar Pengembangan Vaksin ASF mewakili Dirjen PKH di Surabaya, 23/01/2020.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. IGN Kade Mahardika, salah satu pakar dari Fakultas Kedokteran Hewan, Unud menyampaikan bahwa pembuatan vaksin ASF sangat kompleks, karena saat ini penelitian dasar tentang hal ini belum mencukupi. Ia menjelaskan bahwa karakteristik biologis virus ASF sangat kompleks dengan genom yang besar, dan setengah protein virusnya tidak diketahui fungsinya. Begitu pula dengan mekanisme perlindungan terhadap ASF yang belum banyak diketahui.
Lebih lanjut, Mahardika juga menyampaikan kendala pengembangan vaksin ASF yang selama ini berjalan yakni penelitian tentang virus hidup dibatasi hanya di laboratorium dengan tingkat biosekuriti yang tinggi, kurangnya model hewan kecil yang tepat dan ekonomis untuk percobaan, serta beberapa kendala teknis lainnya.
"Oleh karena itu, kami mengembangkan vaksin ASF berbasis teknologi DNA rekombinan pada prokaryota dengan sistem Chaperone kombinasi protein struktural dan non struktural yang aman dan dapat diproduksi cepat. Prosesnya sudah kita laksanakan, dan saat ini master seed sudah siap untuk dibuatkan prototipenya di Pusvetma," tambahnya.
Menyambut hal itu, Agung menyampaikan kesiapannya untuk segera membuat prototipe vaksin ASF rekombinan tersebut.
"Ini sesuai arahan bapak Mentan SYL dan Dirjen PKH, yang mengharapkan agar produksi vaksin segera dilakukan dan segera dapat digunakan untuk mencegah penyebaran Penyakit ASF di Indonesia" pungkasnya.
Pada kesempatan pertemuan Rakor Tim Pakar Pengembangan Vaksin ASF hari kedua di Pusvetma (24/01/20) Tim Pakar juga sekaligus melakukan tinjauan ke Laboratorium yang akan digunakan sebagai fasilitas produksi vaksin ASF di Pusvetma. Fasilitias berstandar CPOHB ini merupakan kesiapan Pusvetma dalam upaya ikut mengembangkan dan memproduksi vaksin ASF. Selain menyiapkan SDM nya dan penunjang lainnya.
Sejalan dengan kesiapan fasilitas laboratorium, Pusvetma melengkapi fasilitas penunjang dengan telah merubah tampilan satu ruang yang dinamakan “Pusvetma Corner”. Ruangan dengan tampilan dan fasilitas berteknologi yang dapat memantau ‘real time’ seluruh kegiatan produksi maupun lingkungan Pusvetma dengan melihat pada layar besar yang terpasang diruang tersebut. “yang tampak ini ruang inokulasi” ujar Agung sambil menyampaikan satu persatu tampilan yang ada di monitor kepada para tim Pakar dan para kepala UPT yang mengikuti Rakor. “Pusvetma Corner” juga memajang informasi terkait seluruh produk-produk Pusvetma, baik produk yang telah terdaftar maupun produk yang sedang dalam proses pendaftaran. Tak hanya itu diruangan itu juga terdapat museum mini alat-alat laboratorium kuno, serta produk-produk dahulu yang pernah diproduksi Pusvetma dan “discontinue” atau sudah tidak lagi diproduksi. Pengunjung yang datang ke “Pusvetma Corner’ masih akan disuguhi film berdurasi pendek yang dapat dilihat menggunakan teknologi “VR” atau Virtual Reality. Teknologi ini mengajak pengunjung untuk seolah-olah berada didalam fasilitas laboratorium saat produksi berlangsung tanpa harus memasuki gedung produksi. Pengunjung pun tidak perlu mandi atau berganti baju laboratorium dan sandal bila menggunakan “VR”. Anda hanya duduk atau berdiri dan menoleh kemanapun Anda ingin melihat. Kekanan kekiri keatas kebawah dan apa yang anda lihat sama dengan yang ada di dalam fasilitas produksi Pusvetma dan melihat petugas lab sedang bekerja seperti biasanya.
Harapannya semoga Pengembangan Vaksin ASF ini sukses dan bermanfaat untuk menjaga Indonesia dari penyakit ASF.
Narahubung:
Drh. Fadjar Sumping Tjatur Rasa, Ph.D., Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan.
Drh. Agung Suganda, MSi., Kepala Pusat Veteriner Farma, Ditjen PKH, Kementan.