Guru Besar Universitas Negeri Sebut Penyakit IBR Laten, Indonesia Punya Vaksinnya
Surabaya – Penyakit IBR (infectious bovine rhinotracheitis) yang menyerang alat pernafasan bagian atas dan alat reproduksi pada sapi dan kerbau merupakan ancaman laten. Professor Bambang Sumiarto Drh, Ph.D , guru besar universitas gadjah mada menyampaikan hal ini pada webinar dengan tema sinergitas vaksin dan kit diagnostik dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, Selasa (27/10/20).
Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) sebagai satu-satunya produsen vaksin milik pemerintah menyelenggarakan webinar dengan tema yang sangat menarik. antusias peserta webinar membludak tidak hanya dari kalangan dokter hewan melainkan dari berbagai kalangan, antara lain dari dinas-dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan dari Aceh hingga Papua, juga dari kalangan mahasiswa sampai kalangan swasta. Dalam tema sinergitas vaksin dan kit diagnostik dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, dibahas mengenai penyakit IBR mulai dari mengenal IBR, bagaimana kerugian akibat penyakit ini hingga pencegahannya.
Dijelaskan oleh Direktur Kesehatan Hewan Kementan, drh. Fadjar Tsumping Tjaturasa, Ph.D bahwa kerugian ekonomi akibat penyakit IBR sangat besar. Bahkan pemerintah telah memasukkan penyakit ini dalam salah satu Penyakit Menular Strategis yang patut mendapat perhatian dan penanganan lebih ”Gejala yang timbul dari penyakit IBR bermacam-macam antara lain red nose atau hidung merah, keluar cairan berlebih dari hidung dan masih banyak lagi, penyakit ini juga dapat menyebabkan keguguran” ujar Drh. Agung Budiyanto, MP,Ph.D. Wakil Dekan FKH Universitas Gadjah mada ini dengan gamblang pada saat menyampaikan paparan terkait gangguan Alat Reproduksi akibat penyakit IBR.
Dalam paparannya pakar epidemiologi Prof Bambang mengatakan “Penyakit IBR ini dapat di katakan laten, untuk mencegahnya yakni dengan menggunakan vaksin”.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Ir. Nasrullah, MSc menyampaikan rasa bangga bahwa Indonesia memiliki satu-satunya produsen vaksin milik pemerintah yaitu Pusvetma yang telah mampu memproduksi vaksin IBR saat melaunching vaksin IBR pertama di Indonesia dengan nama” Rhinovet.”. “Tentunya produk karya anak bangsa bisa dipertanggunjawabkan kualitasnya, dan tidak kalah dengan buatan vaksin impor” ucap Nasrullah.
Vaksin Rhinovet yang telah berhasil dibuat dan pertama di Indonesia ini merupakan hasil kerjasama pengembangan, invensi lisensi antara Pusvetma dengan Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET). Harapannya dengan produk kebanggan karya anak bangsa ini Indonesia mampu mengendalikan penyebaran penyakit menular strategis yang salah satunya yakni penyakit IBR.